Pembuatan Latar Cerita bagi Pemula


Pada postingan sebelumnya, memang saya mengatakan akan memberikan contoh-contoh, dan sebagainya. Tapi sebelum itu, saya akan membahas yang lain terlebih dahulu. Kali ini, saya akan membahas sedikit tips dalam pembentukan latar. Namun perlu diingat kembali, saya hanya bisa memberikan penjelasan kecil di sini. Apabila kalian benar-benar ingin serius dalam pembuatan karya sastra, saya sendiri lebih menyarankan untuk bertanya langsung kepada orang-orang yang sudah berpengalaman atau ikut ke dalam sebuah komunitas penulis.

"Loh, berarti penulis tulisan ini gak berpengalaman dong?"

Bukannya begitu, meskipun saya sudah lama menulis dan ada beberapa orang yang menyukai tulisan saya, tapi saya sendiri masih belum bisa membuat karya sastra yang benar-benar populer. Bahkan, apabila karya saya bisa terbit dalam bentuk fisik pun, saya sendiri tidak yakin karya saya akan langsung diterima oleh masyarakat.
Beberapa rekan saya sendiri sudah pernah saya berikan beberapa website atau buku yang bisa digunakan sebagai referensi dalam menulis, akan tetapi tidak semuanya mengerti harus bagaimana.

Kalau dianalogikan, seorang pemula dalam sebuah game tidak semuanya langsung mengerti ketika disuruh untuk melihat Wiki. 

Oke, kita kembali ke pembahasan. Latar itu ada apa saja? Waktu, tempat, suasana, sosial, dan sebagainya yang mungkin terlewat.
Dalam pembuatan latar atau setting, semuanya berkaitan satu sama lain. Misalnya, ketika kita menentukan waktu kejadian terjadi pada tahun 1998, latar tempat dan sosial akan bisa ditentukan.

Sebagai contoh:
Aku tidak menyangka pada tahun ini akan terjadi hal-hal yang tidak kubayangkan. Gedung-gedung besar yang berada di ibukota mulai terbakar satu per satu, jalanan yang umumnya dilalui oleh kendaraan sekarang justru dipenuhi oleh kerumunan massa.
Mereka berteriak, melampiaskan kemarahan dan kesedihan, namun suara-suara itu justru dibalas oleh tembakan dari para aparat. Sementara itu di tempat lain, orang-orang berbondong-bondong datang ke pusat perbelanjaan, merampas apa saja yang ada di dalamnya kemudian membakar tempat tersebut hingga menjadi abu.

*Cuplikan di atas hanya berupa fiksi, bukan sebuah kejadian yang sebenarnya.
(iya gitu?)

Dari sini kita dapat menandai beberapa poin.
Waktu: Masa Lalu (1998)
Suasana: Menakutkan dan Mencemaskan
Tempat: Ibukota sebuah negara
Sosial: Kacau dan dipenuhi oleh kerusuhan

Jadi, dengan menentukan 1 poin saja seperti waktu, kita dapat menentukan hal-hal yang lainnya. Tentu saja, dalam hal ini kita sebagai penulis perlu mencari sebuah referensi entah terjun langsung ke lapangan, mengalami peristiwa secara langsung, atau mencari di buku-buku sejarah atau majalah travelling.

Salah satu kesulitan yang dialami mungkin bagaimana cara menjelaskannya, ketika hal tersebut dialami oleh kalian, coba lah untuk melihat dan merasakan.

Perhatikan lah hal-hal yang simpel seperti bentuk, warna, ukuran, hingga apapun yang ada di dekatnya. Kemudian, gunakan imajinasi kalian untuk menarasikannya. Hal ini juga berlaku dalam pembentukan tokoh.

Terkadang, hal-hal tersebut tidak perlu dijelaskan secara terang-terangan. Kita bisa gunakan tulisan kita untuk membuat penulis berimajinasi agar pembaca merasakan bagaimana kejadian dalam cerita kita.

Maksudnya, kita tidak selalu perlu menuliskan "Ini adalah ibukota"; "Kejadian terjadi di Jerman". Cukup jelaskan saja keadaannya seperti bangunannya, budayanya, perilaku penduduknya.
Dengan begitu, pembaca dapat menggunakan imajinasi mereka untuk membayangkan dunia yang ada di dalam cerita.


Kalian tentu masih ingat, kan. Ketika saya bilang mood akan mempengaruhi tulisan kalian?
Jangan lah heran, ketika kalian sedang galau, pembuatan latar suasana sedih, marah dan kecewa akan lebih mudah daripada biasanya. (Bukannya menjadi mudah loh)

Sebab, kita mengetahui kondisi tersebut secara langsung, sama seperti ketika kita datang ke sebuah lokasi untuk mencari referensi.

"Terus, kalau mau menulis suasana takut, saya harus menulis ketika takut gitu?"

Tidak salah, tapi tidak begitu juga. Terkadang coba lah untuk mengingat-ingat kejadian di masa lalu yang membuat kalian merasa seperti itu, bayangkan seolah-olah kejadian tersebut baru terjadi sekarang.
Apabila ingin mencobanya secara ekstrim, kalian boleh-boleh saja melakukan sesuatu yang membuat kalian merasa seperti itu.

Misalnya, ketika ingin membuat suasana takut. Coba lah lakukan hal-hal ini ketika waktu malam:

Pertama, matikan semua lampu dan elektronik yang memberikan penerangan. Jangan sampai ada suara-suara seperti musik yang nantinya akan mempengaruhi suasana.

Kemudian, nyalakan sebuah lilin di tengah ruangan, perhatikan lah api pada lilin tersebut kurang lebih 5-10 menit. Di saat yang sama, coba rasakan apapun yang berada di sekitar kalian, entah itu perubahan suhu yang tiba-tiba menjadi dingin, atau suara seperti gesekan benda.

Lalu, coba angkat dan bawa lilin tersebut ke depan sebuah cermin dan perhatikan pantulan yang ada pada cermin tersebut. Apabila kalian memerhatikan lilinnya, yang terjadi justru adalah self-hypnotism. Perhatikan lah sudut-sudut di ruangan kalian pada pantulan cermin tersebut.

Umumnya, orang-orang akan merasakan ketakutan dari hal tersebut. Apabila cara tadi gagal, coba pikirkan apa saja hal yang membuat kalian takut, lalu dekati lah hal tersebut. Misalnya berdiri di atas sebuah bangunan tinggi, mendekatkan wajah kalian dengan seekor laba-laba, atau melihat sebuah permukaan yang penuh dengan lubang-lubang.
Dan tentu, hampir tidak ada yang mengalahkan rasa takutnya dikejar oleh hewan seperti angsa,


Jadi intinya, ketika kalian kesulitan menentukan sebuah latar, coba lah untuk melihat dan merasakan, kemudian gunakan lah imajinasi kalian.

"Terus, kalau yang latar tempatnya fiksi seperti negeri dongeng atau post-apocalypse gimana?"

Nah, itu sebabnya saya bilang gunakan lah imajinasi. Coba kalian lihat keadaan di luar, bayangkan kedamaian yang kalian rasakan berubah total.
Bayangkan lah sebuah meteor atau pesawat tiba-tiba jatuh dari langit, atau bayangkan bangunan yang kalian lihat dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan.

Ketika kalian hanya bergantung dengan membayangkan, tentu saja hal tersebut akan terasa sulit. Coba lah untuk melihat, merasakan, dan membayangkan. 

Sedikit tambahan lagi, mungkin kalian sedikit bertanya-tanya kenapa beberapa penulis dapat menciptakan sebuah cerita yang dapat dirasakan.
Sebelum kalian langsung menilai "orang tersebut memang ahli" atau "Saya masih pemula", coba cek latar belakang penulis yang bersangkutan.
Biasanya, pengalaman mereka lah yang membuat mereka mampu menulis seperti itu.

Jangan heran apabila kalian baru menyadari penulis yang kalian idolakan ternyata punya masa lalu yang sangat kelam atau menyedihkan, beberapa orang memang menggunakan pengalaman mereka sebagai referensi dalam tulisan mereka.

Kalau tidak percaya, coba bandingkan tulisan orang yang belum pernah pacaran dengan orang yang sudah berpengalaman. 
Bukan berarti saya mengatakan yang berpengalaman lebih bagus, tapi ada hal yang membedakan antara keduanya.


Mungkin untuk hal ini cukup segini dahulu, apabila ada tambahan, kesalahan atau pertanyaan, silahkan taruh di kolom komentar atau kirimkan ke e-mail resmi Baso Tahu. Semua masukan yang kalian diberikan sangat berguna baik bagi kami dan orang lain.

Adieu~

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama