Serba-Serbi Psikologi ~Seri 6~

 Tentang Game (1)

Terkait Video Game dan Kekerasan (Violence)

    Sudah banyak penelitian mengenai video game dan kaitannya dengan kekerasan (violence) dengan beragam hasil dan kesimpulannya masing-masing. Hingga akhirnya, APA (American Psychological Association) memberikan Pernyataan terhadap isu tersebut (https://www.apa.org/about/policy/violent-video-games). Dalam pernyataanya, APA mengatakan bahwa "Video game tidak memiliki kaitan dengan kekerasan, melainkan memiliki kaitan dengan agresi." kemudian menambahkan "Semua bentuk kekerasan, termasuk yang mematikan, termasuk kedalam agresi. Namun, tidak semua agresi termasuk kedalam kekerasan.". Hal tersebut membuat banyak penelitian yang salah sasaran. Karena, kebanyakan penelitian hanya mengukur kekerasan sebagai bentuk agresi sebagai hasil dari bermain video game, bukan hasil dari kekerasan tersebut. 

 Semua bentuk kekerasan, termasuk yang mematikan/ berbahaya, termasuk kedalam agersi tapi, tidak semua agresi termasuk kedalam kekerasan (APA, 2015)

    Apabila mengukur efek dari video game dapat menimbulkan kekerasan dalam bentuk agresi, maka perlu dilihat kembali isi dari video game itu sendiri dan perbandingannya dengan media lain. bagaimana perbedaaannya dengan film, berita, cerita/ novel, maupun gambar yang bertema kekerasan dibandingkan dengan video game itu sendiri. Selain itu, harus ditambahkan juga efek dari pengalaman, nilai-nilai yang dianut, budaya, lingkungan, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam melakukan kekerasan. Karena, bisa jadi seseorang memilih video game yang penuh dengan kekerasan karena ia memang menikmatinya. 

     

 Terkait Adiksi Video Game

    Sudah menjadi aturan universal, bahwa apapun yang berlebihan akan merusak. Adiksi sendiri dapat dijelaskan sebagai ketergantungan terhadap suatu hal, sehingga melakukannya hal tersebut secara berlebihan hingga mengganggu keberfungsian seseorang. Adiksi terjadi ketika seseorang terfiksasi/ terpaku pada satu cara untuk memperoleh kesenangan. Sehingga, untuk memperoleh kesenangan orang tersebut hanya dapat melakukan kegiatan/ perilaku spesifik dan untuk meningkatkan kesenangannya ia hanya dapat meingkatkan intensitas maupun frekuensi dari kegiatan/ perilaku spesifik tersebut. Namun, setiap orang memiliki batasan untuk menjadi bosan terhadap suatu hal. Oleh karena itu, diperlukan variasi untuk menghindari kebosanan tersebut. Seseorang adiksi yang telah mencapai batas kebosanan akan menimbulkan permasalahan baru untuknya.

     

     

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama